terima kasih utk KELOMPOK TUTORIAL 6 FKG UNEJ 2008
LAPORAN SKENARIO EksoDonsia
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 ANASTESI LOKAL
3.1.1 Klasifikasi Teknik Anestesi Lokal
Berdasarkan area yang teranestesi, anestesi lokal dapat dibedakan menjadi :
1. Nerve Block
Larutan
anestesi lokal disuntikkan pada atau disekitar batang saraf utama,
sehingga mampu menganestesi daerah yang luas yang mendapat inervasi dari
percabangan saraf utama tersebut. Teknik ini sering digunakan di rongga
mulut khususnya di rahang bawah. Kerugian dari teknik ini adalah bahwa
biasanya pembuluh darah letaknya berdekatan dengan batang saraf, maka
kemungkinan terjadi penetrasi pembuluh darah cukup besar. Contoh :
inferior alveolar nerve block.
2. Field Block
Larutan anestesi
lokal disuntikkan pada atau disekitar cabang saraf terminal dengan
tujuan untuk memblokir semua persarafan sebelah distal dari tempat
injeksi cairan anestesi. Efek anestesi meliputi darah yang terbatas
(tidak seluas pada teknik nerve block) contoh : injeksi di sekitar apeks
akar gigi rahang atas.
3. Lokal infiltrasi
Larutan anestesi lokal
dituntikkan di sekitar ujung-ujung saraf terminal sehingga efek
anestesi hanya terbatas pada tempat difusi cairan anestesi tepat pada
area yang akan dilakukan instrumentasi. Teknik ini terbatas hanya untuk
anestesi jaringan lunak.
4. Topikal anesthesia
Teknik ini
dilakukan dengan cara mengoleskan larutan anestesi pada permukaan mukosa
atau kulit dengan tujuan untuk meniadakan stimulasi pada ujung-ujung
saraf bebas (free nerve endings). Anestesi topikal dapat digunakan pada
tempat yang akan diinjeksi untuk mengurangi rasa sakit akibat insersi
jarum.
Berdasarkan tepat insersi jarum, teknik injeksi anestesi lokal dapat dibedakan menjadi:
1. Submucosal injection
Jarum
diinsersikan dan cairan anestesi dideponir ke dalam jaringan di bawah
mukosa sehingga larutan anestesi mengadakan difusi pada tempat tersebut.
2. Paraperiosteal injection
Jarum
diinsersikan sampai mendekati atau menyentuh periosteum, dan setelah
diinjeksikan larutan anestesi mengadakan difusi menembus periosteum dan
porositas tulang alveolar.
3. Intraosseous injection
Injeksi dilakukan ke dalam struktur tulang, setelah terlebih dahulu dibuat suatu jalan masuk dengan bantuan bur.
4. Interseptal injection
Teknik
ini merupakan modifikasi dari teknik intraosseous, dimana jarum
disuntikkan ke dalam tulang alveolar bagian interseptal diantara kedua
gigi yang akan dianestesi. Teknik ini biasanya dilakukan untuk
mempermudah pelaksanaan injeksi intraosseous.
5. Intraperiodontal injection
Jarum diinjeksikan langsung pada periodontal membran dari akar gigi yang bersangkutan.
6. Pappilary Injection
Teknik
ini sebenarnya termasuk teknik submukosa yang dilakukan pada papila
interdental yang melekat dengan periosteum. Teknik ini diindikasikan
terutama pada gingivectomy, yang memerlukan baik efek anestesi maupun
efek hemostatis dari obat anestesi.
Anestesi lokal pada rahang atas dapat dilakukan dengan beberapa teknik injeksi diantaranya :
1. Lokal infiltration (submucous injection)
2. Field block (araperiosteal injection)
3. Anterior superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
4. Middle superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
5. Posterior superior alveolar nerve block
6. Infra orbital nerve block
7. Nasopalatine nerve block
8. Anterior palatine nerve block
3.1.2 Teknik Anastesi Blok
1. Teknik-teknik anastesi blok pada maksila :
a. Injeksi Zigomatik
Titik
suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas akar distobukal
molar kedua atas. Arahkan jarum ke atas dan ke dalam dengan kedalaman
kurang lebih 20 mm. ujung jarum harus tetap menempel pada periosteum
untuk menghindari masuknya jarum ke dalam plexus venosus pterygoideus.
Perlu
diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak dapat menganestesi
akar mesiobukal molar pertama atas. Karena itu, apabila gigi tersebut
perlu dianestesi untuk prosedur operatif atau ekstraksi, harus dilakukan
injeksi supraperiosteal yaitu di atas premolar kedua. Untuk ekstraksi
satu atau semua gigi molar, lakukanlah injeksi n.palatinus major.
b. Injeksi Infraorbital
Pertama-tama
tentukan letak foramen infraorbitale dengan cara palpasi. Foramen ini
terletak tepat dibawah crista infraorbitalis pada garis vertikal yang
menghubungkan pupil mata apabila pasien memandang lurus ke depan. Tarik
pipi, posisi jari yang mempalpasi jangan dirubah dan tusukkan jarum dari
seberang gigi premolar ke dua, kira-kira 5 mm ke luar dari permukaan
bukal. Arahkan jarum sejajar dengan aksis panjang gigi premolar kedua
sampai jarum dirasakan masuk kedalam foramen infraorbitale di bawah jari
yang mempalpasi foramen ini. Kurang lebih 2 cc anestetikum dideponir
perlahan-lahan.
Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis
median, dalam hal ini, bagian yang di tusuk adalah pada titik refleksi
tertinggi dari membran mukosa antara incisivus sentral dan lateral.
Dengan cara ini, jarum tidak perlu melalui otot-otot wajah.
Untuk
memperkecil resiko masuknya jarum ke dalam orbita, klinisi pemula
sebaiknya mengukur dulu jarak dariforamen infraorbitale ke ujung tonjol
bukal gigi premolar ke dua atas. Kemudian ukuran ini dipindahkan ke
jarum. Apabila ditransfer pada siringe jarak tersebut sampai pada titik
perbatasan antara bagian yang runcing dengan bagian yang bergigi. Pada
waktu jarum diinsersikan sejajar dengan aksis gigi premolar kedua,
ujungnya akan terletak tepat pada foramen infraorbitale jika garis batas
tepat setinggi ujung bukal bonjol gigi premolar kedua. Jika foramen
diraba perlahan, pulsasi pembuluh darah kadang bisa dirasakan. (3)
c. Injeksi N. Nasopalatinus
Titik
suntikan terletak sepanjang papilla incisivus yang berlokasi pada garis
tengah rahang, di posterior gigi insicivus sentral. Ujung jarum
diarahkan ke atas pada garis tengah menuju canalis palatina anterior.
Walaupun anestesi topikal bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa
sakit pada daerah titik suntikan, anestesi ini mutlak harus digunakan
untuk injeksi nasopalatinus. Di anjurkan juga untuk melakukan anestesi
permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.
Injeksi ini
menganestesi mukoperosteum sepertiga anterior palatum yaitu dari kaninus
satu ke kaninus yang lain. Meskipun demikian bila diperlukan anestesi
daerah kaninus, injeksi ini biasanya lebih dapat diandalkan daripada
injeksi palatuna sebagian pada daerah kuspid dengan maksud menganestesi
setiap cabang n.palatinus major yang bersitumpang.
d. Injeksi Nervus Palatinus Major
Tentukan
titik tengah garis kayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga
atas di sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang.
Injeksikan anestetikum sedikit mesial dari titik tersebut dari sisi
kontralateral.
Karena hanya bagian n.palatinus major yang keluar dari
foramen palatinum majus (foramen palatinum posterior) yang akan
dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan sampai masuk ke foramen.
Injeksi ke foramen atau deponir anestetikum dalam jumlah besar pada
orifisium foramen akan menyebabkan teranestesinya n.palatinus medius
sehingga palatum molle menjadi keras. Keadaan ini akan menyebabkan
timbulnya gagging.
Injeksi ini menganestesi mukoperosteum palatum
dari tuber maxillae sampai ke regio kaninus dan dari garis tengah ke
crista gingiva pada sisi bersangkutan.
e. Injeksi Sebagian Nervus Palatinus
Injeksi
ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau pembedahan. Injeksi ini
digunakan bersama dengan injeksi supraperiosteal atau zigomatik.
Kadang-kadang
bila injeksi upraperiosteal dan zigomatik digunakan untuk prosedur
dentistry operatif pada regio premolar atau molar atas, gigi tersebut
masih tetap terasa sakit. Disini, anestesi bila dilengkapi dengan
mendeponir sedikit anestetikum di dekat gigi tersebut sepanjang
perjalanan n.palatinus major.
2. Teknik-teknik anastesi blok pada mandibula :
a. Anestesi blok n.mentalis
Nervus
mentalis merupakan cabang dari N.Alveolaris Inferior yang berupa cabang
sensoris yang berjalan keluar melalui foramen mentale untuk
menginervasi kulit dagu, kulit dan membrana mukosa labium oris inferior.
Teknik Anestesi Blok N.Mentalis
Tentukan letak apeks gigi-gigi premolar bawah. Foramen biasanya terletak di dekat salah satu apeks akar gigi premolar tersebut.
Ketika
blok nervus maxilaris atau alveolaris inferior sukses, maka tidak perlu
dilakukan injeksi. Jarum pendek yang berukuran 25 gauge dimasukkan
(setelah jaringan yang akan dipreparasi diberikan antiseptik) dalam
mucobuccal fold di dekat foramen mentale dengan bevel di arahkan ke
tulang. Foramen dapat diraba atau dapat terlihat dengan menggunakan
sinar x dan biasanya berada di antara gigi premolar. Pasien mungkin saja
merasakan sakit ketika nervus telah teraba pada foramen.5 Lakukan
penembusan jaringan dengan kedalaman 5 mm, lakukan aspirasi dan
injeksikan anestetikum sebanyak 0,6 cc. Teknik ini menyebabkan efek
anestesi pada jaringan buccal bagian anterior di depan foramen, bibir
bagian bawah, dan dagu.
Tariklah pipi ke arah bukal dari gigi
premolar. Masukkan jarum ke dalam membrana mukosa di antara kedua gigi
premolar kurang lebih 10 mm eksternal dari permukaan bukal mandibula.
Posisi syringe membentuk sudut 45¬¬¬0 terhadap permukaan bukal
mandibula, mengarah ke apeks akar premolar kedua. Tusukkan jarum
tersebut sampai menyentuh tulang. Kurang lebih ½ cc anestetikum
dideponir, ditunggu sebentar kemudian ujung jarum digerakkan tanpa
menarik jarum keluar, sampai terasa masuk ke dalam foramen, dan
deponirkan kembali ½ cc anestetikum dengan hati-hati.
Selama
pencarian foramen dengan jarum, jagalah agar jarum tetap membentuk sudut
45o terhadap permukaan bukal mandibula untuk menghindari melesetnya
jarum ke balik periosteum dan untuk memperbesar kemungkinan masuknya
jarum ke foramen.
Injeksi ini dapat menganestesi gigi premolar dan
kaninus untuk prosedur operatif. Untuk menganestesi gigi insisivus,
serabut saraf yang bersitumpang dari sisi yang lain juga harus di blok.
Untuk ekstraksi harus dilakukan injeksi lingual.
b. Teknik Anestesi Blok N. Bucalis
Teknik Injeksi N.Buccalis
Nervus
buccal tidak dapat dianestesi dengan menggunakan teknik anaestesi blok
nervus alveolaris inferior. Nervus buccal menginervasi jaringan dan
buccal periosteum sampai ke molar, jadi jika jaringan halus tersebut
diberikan perawatan, maka harus dilakukan injeksi nervus buccal. Injeksi
tambahan tidak perlu dilakukan ketika melakukan pengobatan untuk satu
gigi. Jarum panjang dengan ukuran 25 gauge digunakan (karena injeksi ini
biasanya dilakukan bersamaan dengan injeksi blok nervus alveolaris
inferior, jadi jarum yang sama dapat digunakan setelah anestetikum
terisi). Jarum disuntikan pada membran mukosa bagian disto bucal sampai
pada molar terakhir dengan bevel menghadap ke arah tulang setelah
jaringan telah diolesi dengan antiseptik. Jika jaringan tertarik
kencang, pasien lebih merasa nyaman. Masukkan jarum 2 atau 4 mm secara
perlahan-lahan dan lakukan aspirasi.4 Setelah melakukan aspirasi dan
hasilnya negatif, maka depositkan anestetikum sebanyak 2 cc secara
perlahan-lahan.
Masukkan jarum pada lipatan mukosa pada suatu titik
tepat di depan gigi molar pertama. Perlahan-lahan tusukkan jarum sejajar
dengan corpus mandibulae, dengan bevel mengarah ke bawah, ke suatu
titik sejauh molar ketiga, anestetikum dideponir perlahan-lahan seperti
pada waktu memasukkan jarum melalui jaringan.
Pasien harus berada
dalam posisi semisupine. Operator yang menggunakan tangan kanan berada
dalam posisi searah dengan jarum jam delapan sedangkan operator yang
kidal berada pada posisi searah dengan jarum jam empat.
Injeksi ini
menganestesi jaringan bukal pada area molar bawah. Bersama dengan
injeksi lingual, jika diindikasikan, dapat melengkapi blok n.alveolaris
inferior untuk ekstraksi semua gigi pada sisi yang diinjeksi. In jeksi
ini tidak selalu diindikasikan dalam pembuatan preparasi kavitas kecuali
jika kavitas bukal dibuat sampai di bawah tepi gingival.
3.1.3 Instrumen Untuk Anastesi Lokal
A. Syringe Anastesi (Syringe, Cartridge)
Syringe obat bius (gambar 1-15) dirancang untuk mendukung dan mengusir
solusi anestesi dari tabung kaca komersial yang disusun disebut
carpuletm. (nama merek dagang, carpule). Jarum cartridge yang tersedia
untuk anestesi lokal memiliki cincin yang menangani ibu jari pada akhir
luar dan tombak pada akhir cartridge dari plunger. Seruit ini dirancang
untuk melibatkan plunger karet penyumbat cartridge. Cincin-ibu jari
digunakan untuk menarik kembali plunger serta menentukan apakah jarum
telah menembus pembuluh darah. Prosedur ini disebut "aspirating" dan
syringenya adalah syringe aspirating.
Gambar 2. Syringe anastesi (aspirating).
B. Disposable Needles (Needles, Disposable)
Jarum sekali pakai dikemas untuk menjaganya dalam kondisi steril.
Setelah digunakan, jarum akan dibuang. Jarum ini melekat pada syringe
yang dihubungkan oleh plastic-hub yang merupakan bagian dari jarum
sekali pakai. Umumnya jarum tersedia dalam ukuran 13/16 inci dan 1 3 / 8
inci.
Jarum sekali pakai selalu steril, selalu tajam, dan cenderung
mudah patah daripada yang lain jarum. Jarum hipodermik harus dibuang
agar tidak dapat melukai operator maupun menguhindari kejadianlain yang
tidak diinginkan.
3.1.4 Persiapan Instrument Anastesi
A. Sterilisasi Instrumen
Seperti dalam pemeriksaan dasar, anestesi juga memerlukan persiapan
tertentu. Salah satu instrumen dalam persiapan yang selalu membutuhkan,
yaitu penyterilan syringe. Item lainnya disterilisasi oleh produsen dan
dikemas dalam kondisi steril.
B. Anastesi Topical
Item pertama
saat persiapan adalah topikal xylocaine. Anastesi ini diproduksi dalam
bentuk jelly atau salep. Hal ini paling sering digunakan untuk
menganastesi daerah tempat suntikan yang sebenarnya harus dilakukan. Dua
kasa 1-2 inci atau cotton tip aplicator akan diperlukan bila
menggunakan topikal xylocaine. Sejumlah kecil ditempatkan pada aplikator
dan diaplikasikan di atas area yang akan disuntikkan. Tujuan anestesi
topikal adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada pasien selama
injeksi berlangsung.
C. Syringe.
Syringe (sisi-loading jarum
suntik cartridge) adalah satu-satunya item dalam persiapan yang
memerlukan penyterilan setelah digunakan pada setiap pasien. Syringe ini
digunakan untuk mengaplikasikan anestesi lokal. Jarum syringe merupakan
jenis sekali pakai. Panjang dan jarum gauge yang digunakan akan
bervariasi, tergantung kebutuhan operator. Operator akan menangani dua
jarum yang berbeda: sebuah infiltrasi dan jarum konduktif. Jarum
infiltrasi memiliki panjang 13/16 inci dan digunakan untuk injeksi
maksilaris, untuk membius daerah kecil sekitar dua hingga tiga gigi.
Sedangkan, jarum konduktif memiliki panjang 1 3 / 8 inci panjang.
Injeksi blok dibuat dengan menggunakan jarum tersebut, anastesi daerah
menyeluruh.
D. Anastesi Lokal.
Saat ini, dua jenis obat bius
lokal yang banyak tersedia, yaitu lidokain hidroklorida (xylocaine)
dengan epinefrin (1:50.000 hingga 1:100.000) dan mepivacaine
hidroklorida (carbocaine) tanpa epinefrin. Jenis ini dapat
diidentifikasi dengan warna tutup dan dengan warna wadah. Sebagai
contoh: lidokain hidroklorida dengan epinefrin (1:50.000), ditandai
dengan tutup hijau dan garis hijau di wadah; lidokain hidroklorida
dengan epinephrine (1:100.000) memiliki tutup merah dan bergaris-garis
merah; dan hidroklorida mepivacaine memiliki tutup putih dan wadah
cokelat. Epinefrin adalah faktor pengendali untuk berapa lama anestesi
akan berlangsung. Penambahan epinefrin mengakibatkan semakin lama daerah
tersebut akan teranastesi. Epinefrin adalah vasokonstriktor yang
menyebabkan jaringan di sekitar kapiler membengkak, sehingga akan
mengkonstriksi kapiler dan memperlambat aliran darah. Aliran darah yang
menurun menyebabkan lambatnya difusi anastesi di seluruh tubuh, sehingga
memperpanjang aksinya. Hal ini juga dapat membantu dalam mengontrol
pendarahan.
E. Aspirasi
Perakitan dan penggunaan syringe aspirasi
cukup sederhana. Syringe ini dilengkapi dengan perangkat yang
memungkinkan operator untuk menentukan apakah operator telah menginjeksi
ke dalam aliran darah. Penginjeksian agen ke dalam sistem peredaran
darah dapat menimbulkan gejala yang tidak diinginkan atau kematian.
Perhatikan cincin jempol dan plunger berpentil. Pentil itu menembus
tutup karet cartridge anestesi, yang memungkinkan aspirasi ketika
operator menarik plunger melalui jarum suntik pada cincin jempol.
F. Instrument
Untuk instrumen yang biasa digunakan pada anastesi lokal, dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Instrumen untuk anastesi (lokal).
3.1.5 Prosedur
A. Pengisian Tabung Syringe
Ketika jarum sekali pakai digunakan, hub plastik berulir ke syringe
tanpa merusak segel atau memindahkan silinder plastik pelindung luar.
Langkah pertama adalah memasukkan jarum yang tepat. Langkah berikutnya
adalah untuk menarik plunger dari jarum suntik dan masukkan carpuletm
(cartridge) dari obat bius. Setelah memasukkan carpuletm, lepaskan
plunger dan amankan pentil pada stopper karet dengan menyolok cincin
jempol di telapak tangan. Pelindung silinder dapat dilepas tergantung
kebutuhan dan kenyamanan operator dalam bekerja. Hal ini biasanya akan
dilakukan setelah carpuletm larutan anestesi telah dan disisipkan tepat
sebelum injeksi diberikan. Hub dan jarum dan dibuang setelah digunakan,
berikut pencegahan standar, dan sesuai dengan kebijakan lokal.
B. Injeksi.
Ketika operator siap menyuntikkan larutan anestesi, daerah injeksi/
kerja harus dikeringkan dengan kain kasa. Operator dapat mengaplikasikan
antiseptik ke daerah tersebut dengan aplikator, sehingga jaringan
tersebut siap untuk di injeksi.
Anestesi lokal tidak diragukan lagi
adalah obat yang paling sering digunakan dalam praktek kedokteran gigi.
Jarum anestesi tersedia dalam ukuran (gauge) yang berbeda dan panjang.
Jarum dengan ukuran panjang biasanya digunakan terutama untuk injeksi
"blok" dan jarum pendek untuk tipe injeksi infiltrasi. Namun, tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan jarum panjang pada kedua jenis
injeksi. Gauge 25 merupakan jarum panjang yang disediakan dalam bidang
gigi.
C. Komplikasi
Meskipun telah mengikuti teknik, dan
obat-obatan yang digunakan memiliki batas keselamatan yang sangat
tinggi, dan peralatan yang digunakan efisien dan mudah disterilkan,
komplikasi masih dapat terjadi. Komplikasi paling umum adalah sinkop
(pingsan) yang disebabkan oleh anemia otak (yang biasanya psikogenik di
alam) dan biasanya berlangsung dari 30 detik sampai 2 menit.
Kadang-kadang, reaksi alergi terhadap obat yang dipakai mungkin timbul,
tetapi ini sangat jarang.
3.1.6 Perbedaan Dosis Pada Anak-Anak Dan Dewasa
jenis injeksi jarum Nervus yang di anastesi dosis
dewasa anak
Injeksi supraperiosteal
1 7/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. -25 gauge-hub.pendek
1 in-27 gauge-hub pendek Nervus alveolaris superior posterior
1-2 cc
0,5-1 cc
Injeksi supraperiosteal
1 7/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. -25 gauge-hub.pendek
1 in-27 gauge-hub pendek Nervus alveolaris superior medius
1-2 cc 0,5-1 cc
Injeksi supraperiosteal
1 7/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. - 25 gauge-hub.pendek
1 in - 27 gauge-hub pendek Nervus alveolaris superior anterior
1-2 cc
0,5-1 cc
Injeksi blok
*injeksi zigomatik
1 7/8 in. - 25 gauge-hub panjang
1 7/8 in. - 23 gauge-hub pendek Blok nervus alveolaris superior posterior sebelum masuk ke maksila di atas molar ketiga
11/2 - 2 cc
0,75-1 cc
Injeksi blok
Injeksi infraorbital
1 7/8 in. – 23 gauge – hub panjang
1 7/8 in – 25 gauge - hub pendek Blok n.infraorbitalis melalui
deponir anastetikum ke dalam canalis infraorbitalis agar nervus cabang
seperti n.alveolaris superior medius n anterior teranastesi
2 cc
1 cc
Injeksi blok
*injeksi mandibular
1 7/8 in. – 23 gauge – hub panjang
1 7/8 in. – 25 gauge – hub pendek Blok n.alveolaris inferior dengan
deponir anastetikum sebelum masuk ke canalis mandibula 2 cc 1 cc
Injeksi blok
*injeksi mentalis
1 7/8 in. – 25 gauge – hub panjang Blok n.alveolaris inferior dengan
deponir anastetikum ke dalam canalis mandibula melalui foramen mentale
1 cc 0,5 cc
jenis injeksi jarum Nervus yang di anastesi dosis
dewasa anak
Injeksi bukalis longus
17/8 in. – 23 gauge – hub panjang
17/8 in. – 25 gauge – hub pendek
Nervus bukalis longus 0,75 cc 0.375 cc
Injeksi lingual
17/8 in. – 25 gauge – hub panjang Nervus lingualis 0,5 cc 0,25 cc
Injeksi n. nasopalatinus 1 in. – 25 gauge - hub pendek
1 in. – 27 gauge - hub pendek Nervus nasopalatinus 0,5 cc 0,25 cc
Injeksi nervus palanus mayor
17/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. – 25 gauge – hub pendek
1 in. – 27 gauge – hub pendek Nervus palatines mayor 0,5 cc 0,25 cc
Injeksi intraseptal
17/8 in. gauge – hub panjang
13/4 in. – hub pendek Nervus yg berkontak langsung dengan anastetikum
yang mengalir masuk ke dalam apicis dentis dan membrane periodontium 0,5
cc 0,25 cc
3.1.7 Faktor Penyebab Keefektifan Dan Kegagalan Dalam Anastesi Lokal
Faktor Penyebab Keefektifan dan Kegagalan Anestesi Lokal:
kadar obat dan potensinya
jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan local
kecepatan metabolisme
perfusi jaringan tempat penyuntikan obat.
Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan lokasi anatomis saraf.
Adanya perbedaan sensitifitas serabut saraf
Pada umumnya serabut saraf kecil lebih peka terhadap anestesi local.
Serabut saraf terkecil yang tidak bermielin pada umumnya lebih cepat dihambat daripada serabut bermielin.
Kepekaan serabut sasraf tidak tergantung dari fungsi serabut, dengan
demikian serabut sensorik maupun motorik yang sama besar tidak berbeda
kepekaannya.
Serabut halus bermielin melebihi kepekaan serabut besar bermielin.
Anestetika lokal umumnya kurang efektif pada jaringan yang terinfeksi
dibanding jaringan normal, karena biasanya infeksi mengakibatkan
asidosis metabolik lokal, dan menurunkan pH.
Anomali serabut saraf antar individu
Psikologis pasien
3.2 EKSODONSIA
3.2.1 Tehnik Pencabutan
Pada
dasarnya hanya ada 2 metode pencabutan . Metode pertama yang cukup
memadai dalam sebagian besar kasus biasanya disebut “forceps
extraction” (pencabutan dengan tang) dan terdiri dari pencabutan gigi
atau akar dengan menggunakan tang atau bein atau kedua-duanya. Blade
instrument-instrumen ini ditekan masuk ke dalam membrane periodontal
antara akar gigi dan dinding tulang soket. Metode ini biasa disebut
sebagai pencabutan “intraalveolar”
Metode pencabutan yang lain adalah
memisahkan gigi atu akar dari perlekatannya dengan tulang. Pemisahan
ini dilakukan dengan mengambil sebagian tulang penyanngga akar gigi itu
yang mana kemudian dikeluarkan dengan bein dan/tang. Teknik ini
lazimnya disebut “surgical method” (metode pembedahan), tetapi karena
semua pencabutan yang dilakukan merupakan prosedur bedah, maka nama yang
lebih baik dan lebih akurat adalah pencabutan “trans-alveolar”.
Prinsip-prinsip Mekanik pencabutan
Ekspansi dinding tulang soket, untuk memungkinkan pengambilan gigi yang
terdapat di dalamnya. Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan gigi
sebagi instrument yang dapat melebarkan dan ini merupakan factor
terpenting dalam pencanutan dengan tang.
Penggunaan sebuah
pengungkit dan titik tumpu , untuk mendesak gigi atau akar keluar dari
soketnya sepanjang lintasan dengan hambatan terkecil. Ini merupakn
factor dasar yang menentukan penggunaan bein untuk mencabut gigi geligi
serta akar0-akar dan penggunaan instrument .
Penggunaan sebuah penjepit, antara akar gigi dan dinding tulang soket, yang mana menyebabkan gigi terangkat dari soketnya.
Pencabutan Intra-Alveolar
Pencabutan gigi geligi rahang atas
Insisivus sentral sering memilki akar yang berbentuk konis dan dapat dapat diatasi dengan hanya melakukan pergerakan rotasi.
Insisisvus
lateral memilki akar-akar yang ramping dan seringkali permukaan mesial
maupun distalnya rata. Pilihlah tang blade yang kecil dan pegang akarnya
dengan baik sebelum memberikan tekanan pada gigi tersebut.
Caninus
memilki akar yang panjang dan kuat dengan potongan melintang yang
berbentuk segitiga. Beberapa tang gigi caninus memilki ujung yang
terlalu lebar sehingga membentuk kontak 2 titik jika digunakan. Dengan
benar dengan akarnya. Dalam sebagian kasus gigi ini lebih baik
dipecah.Bila akan melakukan pencabutan berganda, maka kemungkinan
terjadinya fraktur pada lapisan tulang labial pada saat caninus di
cabut dapat berkurang dengan mencabut gigi ini sebelum gigi insisivus
lateral dan premolar pertamanya, karena pencabutan terlebih dahulu pada
gigi insisivus lateral dan premolar akan melemahkan lapisan tulang
labial.
Premolar pertama rahang atas memilki dua akra kecil yang
mungkin membengkok dan meregang. Dan selama pencabutan sering terjadi
fraktur.
Pencabutan Gigi geligi Rahang Bawah
Incisivus rahang
bawah memiliki akar-akar yang kecil dan rata pada bagian
sampingnya(pipih).Gigi geligi ini mungkin sangat mudah untuk dicabut
tapi kadang-kadang juga sangat rapuh, sehingga harus digunakan tang
dengan blade yang kecil.
Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, sering dapat di permudah dengan menggoyangkannya dengan bein lurus.
Akar
dari caninus rahang bawah lebih panjang dan lebih kokoh daripada akar
gigi tetangganya. Apeknya sering memiliki inklinasi ke distal. Harus
dgnkan sbh tang dengan blade yang lebih lebar dan penggunaannya pada
gigi memerlukan kecermatan yang tinggi.
Premolar rahang bawah
memiliki akar” yang berbentuk runcing dan apeknya mungkin memiliki
inklinasi ke distal. Akar-akar premolar rahang bawah sering tertanam
dalam tulang yang padat dan jika terjadi fraktur selama pencabutan,
biasanya harus dikeluarkan dengan jalan pembedahan. Sepasang tang dengan
blade yang cukup kecil untuk mendapatkan kontak dengan dua titik pada
akar harus digunakan secara hati-hati pada gigi tersebut.
Molar
rahang bawah paling tepat dicabut dengan tang molar tapi banyak operator
yang tidak menggunakan tang ini oleh karena mereka menjumpai banyak
kesulitan dalam memasukkan blade yang lebar itu ke dalam membrane
periodontal. Jika ia tidak bertindak hati-hati dalam mendorong masuk
blade ke dalam membrane periodontal sehingga massa akar dapat dipegang,
maka mahkota gigi itu akan hancur di dalam tang.
Pencabutan gigi geligi susu
Sementara
pencabutan gigi geligi aanterior ini biasanmya sangatlah mudah bila
menggunakan tehnik dasar, tapi pencabutan terhadap gigi molar pertama
san molar kedua susu kadang-kadang lebih sulit daripada gigi permanen
penggantinya. Kesulitan ini ditimbulkan oleh gabungan dari beberapa
factor.mulut yang kecil dan memberikan jalan masuk terbatas, dan gigi
premolar yang sedang di bentuk terdapat diantara akar-akar gigi susu
pendahulunya
Tehnik pencabutan gigi geligi susu ini pada dasarnya
sama dengan tehnik yang digunakan dalam pencabutan terhadap gigi geligi
permanen. Yang penting terutama bila menggunakan tang, adalah memastikan
bahwa bladenya cukup kecil agar dapat masuk ke dalam membrane
periodontal dan blade ini digunakan pada akar.
Pencabutan Trans-Alveolar
Metode pencabutan ini terdiri dari pemisahan gigi atau akar dari
perlekatannya dengan tulang. Metode ini sering disebut dengan metode
“terbuka” atau metode “pembedahan”. Namun karena semua pencabutan yang
dilakukan merupakan suatu prosedur bedah, maka nama yang lebih baik dan
lebih akurat adalah pencabutan :trans-alveolar”, dan metode ini harus
digunakan bila terdapat salah satu dari indikasi-indikasi berikut ini :
Setiap gigi yang tidak dapat dicabut dengan pencabutan intra-alveolar dengan menggunakan gaya yang cukup besar.
Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan
bein, terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maksilaris
Riwayat pencabutan-pencabutan yang sulit
Setiap gigi dengan restorasi yang cukup besar , terutama bila akarnya telah diisi atau tak berpulpa
Gigi geligi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis
Gigi geligi yang m,engalami geminasi atau dilaserasi
Gigi geligi yang secara roentgenologis menunjukkan pola-pola akar yang
rumit, atau akar –akar dengan arah lintasan pengeluaran yang tidak
menguntungkan atau rumit.
Bila akan dicabut pemasangan gigi tiruan segera atau sesaat setelah pencabutan.
Setelah
memutuskan akan menggunakan metode “trans-alveolar” untuk mencabut
sebuah gigi atau akar, jenis anastesi yang akan digunakan harus
ditetapkan, dan rencana secara keseluruhan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan serta menghindari atau menghadapi setiap
komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi harus
disusun.komponen-komponen yang penting dari rencana semacam ini adalah
bentuk flap mukopeiostealnya, metode yang akan digunakanuntuk
mengeluarkan gigi atau akar-akar dari soketnya , dan pengambilan tulang
yang dibutuhkan untuk memudahkannya.
3.2.2 Instrumen Untuk Eksodonsia
Tiap
dokter gigi memiliki instrument favorit dan ini menyebabkan kesulitan
dalam penyusunan alat-alat yang dipergunakan . Mahasiswa yang sedang
belajar melakukan pencabutan gigi, harus dilatih menggunakan instrument
yang terbatas pada tahap pertama. Untuk itu amatlah baik bila digunakan
instrument dasar dan meskipun para pembimbing mungkin memiliki pandangan
yang berbeda tentang komposisi satu perangkat instrument, kebanyakan
menyetujui penggunaan instrument baja tahan karat karena kepraktisannya.
Peralatan modern yang dianjurkan untuk tujuan ini secara mudahnya digolongkan menjadi dua golongan yaitu tang dan elevator,
Tang Pencabut Gigi
Untuk Gigi Tetap Nomor
Tang akar gigi bawah (kecil) 74n
Tang akar gigi bawah (besar) 137
Tang mahkota gigi molar bawah 73
Tang atas lurus (kecil) 29
Tang atas lurus (besar) 2
Tang premolar atas (read) 76s
Tang premolar atas (kecil) 147
Tang mahkota gigi molar atas (kiri dan kanan) 94 dan 95
Tang bayonet atas 101
Untuk Gigi Sulung
Tang atas lurus 163
Tang akar gigi atas lurus 159
Tang mahkota gigi molar atas 157
Tang akar gigi bawah 162
Tang mahkota gigi molar atas 160
Elevator
Bentuk Warwick James (kiri dan kanan)
Bentuk Cryer 30/31 (kiri dan kanan)
Bentuk Lindo Levien (besar, sedang dan kecil)
Mouth gag dengan lidah Ferguson
Pengganjal gigi McKesson (1 set terdiri dari 3 buah)
3.2.3 Indikasi, Kontraindikasi Dan Komplikasi Eksodonsia
Indikasi
Beberapa Indikasi pencabutan gigi :
1. Gigi dengan supernumerary, maksudnya gigi yang berlebih yg tumbuh secara
tidak normal.
2. Gigi persistensi, gigi sulung yang tidak tanggal pada waktunya, sehingga
menyebabkan gigi tetap terhambat pertumbuhannya.
3.
Gigi yang menyebabkan fokal infeksi, maksudnya dengan keberadaan gigi
yang tidak sehat dapat menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.
4.
Gigi yang tidak dapat dirawat secara endodontik/restorasi, gigi yang
tidak bisa lagi dirawat misalnya; tambal, perawatan saluran akar.
5.
Gigi dengan fraktur/patah pada akar krena trauma misalnya jatuh, kondisi
ini jelas akan membuat rasa sakit berkelanjutan pada penderita hingga
gigi tersebut menjadi non vital atau mati.
6. Gigi dengan sisa akar,
sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya jaringan ikat seperti
pembuluh darah, kondisi ini membuat akar gigi tidak vital.
7. Gigi
dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada garis
fraktur tulang alveolar, kondisi ini sama dengan gigi pada fraktur pada
akar.
8. Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun prostodontik,
biasanya hal ini merupakan perawatan konsul dari bagian ortodontik
dengan mempertimbangkan pencabutan gigi untuk mendapatkan ruangan yang
dibutuhkan dalam perawatannya.
9. Dan biasanya yang terakhir adalah
keinginan pasien untuk dicabut giginya, dengan pertimbangan 'langsung'
menghilangkan keluhan sakit giginya, walaupun gigi tersebut masih
dirawat secara utuh.
Kontraindikasi
Untuk mendukung diagnosa yang
benar dan tepat serta menyusun rencana perawatan yang tidak menimbulkan
akibat yang tidak diinginkan, maka sebelum dilakukan tindakan eksodonsi
atau tindakan bedah lainnya harus dipersiapkan dahulu suatu pemeriksaan
yang teliti dan lengkap. Yaitu dengan pertanyaan adakah kontra indikasi
eksodonsi atau tindakan bedah lainnya yang disebabkan oleh faktor lokal
atau sistemik.
Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter
spesialis akan memberi ijin atau menanti keadaan umum penderita dapat
menerima suatu tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi yang
membahayakan bagi jiwa penderita.
Kontra Indikasi Sistemik
Pasien
dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan
khusus untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi mutlak dari
eksodonsi. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki
riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut,
eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada
dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa
dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya
komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah
pencabutan gigi.
Diabetes Mellitus
Malfungsi utama dari diabetes
melitus adalah penurunan absolute atau relative kadar insulin yang
mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa. Penderita diabetes melitus
digolongkan menjadi:
Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1, juvenile,ketotik, britlle).
Terjadi
setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun pada orang yang
predisposisi antigen HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang berumur di
bawah 40 tahun.
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2, diabetes dewasa stabil).
Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan dengan kegemukan. Lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun.
Pembedahan
dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 dengan
menggunakan anestesi local biasanya tidak memerlukan tambahan insulin
atau hipoglikemik oral. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol harus
mendapat pemberian insulin seperti biasanya sebelum dilakukan
pembedahan; dan makan karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Perawatan
yang terbaik untuk pasien ini adalah pagi hari sesudah makan pagi.
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, yang sering disebabkan oleh
karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontorl lebih
dahulu sebelum dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan
kemungkinan pasien harus rawat inap.
Diabetes dan Infeksi
Diabetes
yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik
profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang
tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung
mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian antibiotik profilaksis.
Responnya terhadap infeksi tersebut diduga keras akibat defisiensi
leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya fagositosis,
diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi. Sebaliknya, infeksi
orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan pengontrolan
diabetes, misalnya meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat
kehilangan berat badan yang penyebabnya tidak diketahui, yang terjadi
bersamaan dengan kegagalan penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa
dilakukan, bisa dicurigai menderita diabetes.
Keadaan Darurat pada Diabetes
Diabetes
kedaruratan, syok insulin (hipoglikemia), dan ketoasidosis
(hiperglikemia) lebih sering terjadi pada diabetes tipe 1. Kejadian yang
sering terlihat adalah hipoglikemia, yang dapat timbul sangat cepat
apabila terjadi kegagalan menutupi kebutuhan akan insulin dengan asupan
karbohidrat yang cukup. Sedangkan ketoasidosis biasanya berkembang
setelah beberapa hari. Pasien yang menderita hipoglikemia menunjukkan
tanda-tanda pucat, berkeringat, tremor, gelisah, dan lemah. Dengan
pemberian glukosa secara oral (10-20 gram), kondisi tersebut akan dengan
mudah membaik. Kegagalan untuk merawat kondisi ini akan mengakibatkan
kekejangan, koma, dan mungkin menyebabkan kematian. Untuk mengatasi
ketoasidosis diperlukan pemberian insulin dan cairan. Hal tersebut
sebaiknya dilakukan di rumah sakit (pasien rawat inap).
Kehamilan
Pregnancy
bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi
gigi, karena tidak ada hubungan antara pregnancy dengan pembekuan darah.
Perdarahan pada gusi mungkin merupakan manifestasi dari pregnancy
gingivitis yang disebabkan pergolakan hormon selama pregnancy.
Yang
perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan
diabetes mellitus yang meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap
setelah melahirkan, namun cukup dapat menimbulkan masalah saat dilakukan
tindakan perawatan gigi yang melibatkan perusakan jaringan dan pembuluh
darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant bermaksud untuk
scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk
pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, dan kadar gula darahnya.
Jangan lupa sebelum dilakukan tindakan apapun, pasien dilakukan tensi
dulu.
Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu
tidak bisa dihindari lagi, pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery
akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu kontraindikasi waktu
hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari saja
kecuali kasus akut (politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila
menggunakan obat bius dan antibiotic, (ada daftarnya mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh (FDA) sedative (nitrous oxide, dormicum itu tidak
dianjurkan). Kalau memang harus dicabut giginya atau scalling pada ibu
hamil, waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu baring, karena bisa
bikin kompresi vena cafa inferior.
Kalau memang riskan, dan
perawatan gigi-mulut tidak dapat ditunda sampai post-partus, maka
sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi dengan bekerja sama dengan
tim code blue, atau tim resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil
yang ’sehat’ bisa dilakukan dengan baik dan aman di praktek, clinic
biasa, atau rumah sakit.
Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi
gigi pada ibu hamil adalah keadaan psikologisnya yang biasanya tegang,
dll. Seandainya status umum pasien yang kurang jelas sebaiknya di
konsulkan dulu ke dokter obsgin-nya.
Penyakit Kardiovaskuler
Sebelum
menangani pasien ketika berada di klinik, kita memang harus mengetahui
riwayat kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya atau wawancara
langsung dengan pasien. Jika ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak
napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar tidur dan vertigo maka perlu
dicurigai bahwa pasien tersebut menderita penyakit jantung. Oleh karena
itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat, misalnya
pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa
sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan yang tepat dan tidak
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.
Pada penyakit
kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi
perdarahan.
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi
eksodonsi. Kontra indikasi eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak
boleh melakukan tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun dalam
penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter
spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan
rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat
bagi pasien untuk menerima tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi
yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang
diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi, misalnya saja
penderita jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan sesudah
eksodonsi dilakukan.
Kelainan Darah
a. Purpura hemoragik
Pada
pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam
gusi merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena
fragilitas kapiler (daya tahan kapiler abnormal terhadap rupture) pada
pasien tersebut dalam keadaan kurang, sehingga menuju kearah keadaan
mudah terjadi pendarahan petechie dan ecchimosis.
Perlu ditanyakan
kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca eksodonsia, atau
pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan
darah yaitu waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, juga
konsentrasi protrombin.
b. Lekemia
Pada lekemia terjadi perubahan
proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya dalam darah dan
sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
b.1. Lekemia Limfatika
Tanda2 :
• badan mkn lelah dan lemah
• tanda2 anemia à pucat, jantung berdesir, tknn drh rendah
• limfonodi membesr dsluruh tbh
• gusi berdarah
• petechyae
• perdarahan pasca eksodonsia
• batuk2
• pruritus
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
b.2. Lekemia Mielogenous
• Kek. Tbh penderita bkrg
• bb berkurang
• tanda2 anemia
• pembesaran limfa
• perut terasa kembung & mual
• demam
• gangguan gastro intestinal
• gatal2 pada kulit
• perdrahan pd bbgai bag tbh
• gangguan penglihatan / perdarahan krn infiltrais leukemik
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
• perdrahan gusi
• rasa berat di daerah sternum
c. Anemia
Ciri-ciri
anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan
darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita
anemia memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan
seluler.
d. Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang
menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi
adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka,
disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor
koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi
pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan
aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan
akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A
(hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B
(penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von
Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi
penyakit ini jarang ditemukan.
Agar tidak terjadi komplikasi pasca
eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu
perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita
Hipertensi
Bila
anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh
darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah
kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan
anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap
mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.
Penting juga
ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu
seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan
lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.
Jaundice
Tanda-tandanya
adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut
bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa
berwarna kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang
menyebabakan warna menjadi kuning ).
Tindakan eksodonsi pada
penderita ini dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu perdarahan
yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima
pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang
merawatnya atau sebelum eksodonsi lakukan premediksi dahulu dengan
vitamin K.
AIDS
Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal
infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-hati, sering lesi oral
tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri.
Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi
jamur, infeksi bakteri, infeksi virus dan neoplasma.
Pada penderita
AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh
menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut
melakukan perlukaan pada jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami
infeksi yang lebih parah.Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan
premedikasi, maka upayakan untuk mendapatkan perawatan medis dulu.
Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut gigi.
Dengan
demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan
ini pada pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai
standar universal precautaion (waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa
memakai sarung tangan, masker, kacamata, penutup wajah, bahkan juga
sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan vaksin HIV.
Sifilis
Sifilis
adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada
penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi
infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.
Nefritis
Eksodonsi
yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat
keadaan nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum melakukan
eksodonsi.
Malignansi Oral
Di daerah perawatan malignasi suatu
rahang melalui radiasi sel jaringan mempunyai aktivitas yang rendah
sehingga daya resisten kurang terhadap suatu infeksi. Eksodonsia yang
dilakukan di daerah ini banyak yang diikuti osteoradionekrosis rahang (
Archer, 1966 ). Apabila perawatan rad iasi memang terpaksa harus
dikerjakan sehubungan dengan malignansi tersebut maka sebaiknya semua
gigi pada daerah yang akan terkena radiasi dicabut sebelum dilakukan
radiasi. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa semua gigi yang masih ada
di daerah itu, dibuang bersih dahulu sebelum penderita menerima radiasi
yang berat.
Tujuan utama adalah mencabut gigi-gigi dan melakukan
alveolektomi seluruh processus alveolaris sejauh sepertiga dekat apeks
lubang alveolus. Mukoperiosteal flap dibuka lebar pada daerah yang akan
dikerjakan operasi dan kemudian direfleksikan ke arah lipatan mukobukal
atau lipatam labial. Semua tulang labial atau bukal diambil dengan
menggunakan chisel dan mallet. Pengambilan tulang tersebut meliputi
daerah akar dan interseptal, dan kemudian gigi-gigi dicabut. Dengan
memakai bone rongers, chisel, bone burs yang besar , kikir bulat. Semua
tulang alveolus yang tinggal dan tulang kortikal bagian lingual diambil
dengan meninggalkan sepertiga dari tulang apeks alveolus. Kemudian flaps
yang berlebihan digunting agar masing-masing ujung flaps dapat bertemu
dengan baik, tanpa terdapat teganagan. Penyembuhan biasanya cepat dan
perawatan radiasi dapat dimulai dalam waktu seminggu.
Hipersensitivitas
Bagi
pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan
shock anafilaksis apabila diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut.
Oleh karena itu, seorang dokter gigi perlu melakukan anamnesis untuk
mengetahui riwayat kesehatan dan menghindari obat-obatan pemicu alergi.
Toxic Goiter
Ciri-ciri
pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia dan
palpitasi , keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar
secara difus (kadang tidak ada), exophthalmos (bola mata melotot), berat
badan susut, rata-rata basal metabolic naik, kenaikan pada tekanan
pulsus, gangguan menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih.
Tindakan
bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid,
tanda-tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol
meskipun telah diberi obat penenang.
Pada penderita toxic goiter
jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan eksodonsi,
karena dapat menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.
Kontra Indikasi Lokal
Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi.
Infeksi gingival akut
Infeksi
gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative
gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau streptococcus.
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
a. memiliki OH yg jelek
b. perdarahan pada gusi
c. radang pada gusi
d. sakit
e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)
Infeksi perikoronal akut
Merupakan
infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar
yang terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi
molar 3 bererupsi sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan gusi).
Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat masuk ke sekitar gigi dan
menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut
di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi,
pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan
rahang. Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah
trauma dari gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan
bagian atas.
Sinusitis maksilaris akut
Sinus adalah rongga berisi
udara yang terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus)
terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung,
kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut
menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan
mukus tidak dapat keluar secara normal. Menumpuknya mukus di dalam
sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya infeksi sinus.
Gejala sinusitis akut :
¨ Nyeri, sakit di sekitar wajah
¨ Hidung tersumbat
¨ Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
¨ Kurang peka terhadap bau dan rasa
¨ Eritem di sekitar lokasi sinus
¨ Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah
Radiasi
Alasan
melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa
infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran
darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah
suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-tanda
respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat
pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara
adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien
telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis
ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian
pasien.
Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
Sedangkan
syok septik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh tidak
cukupnya perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang disebabkan
oleh sepsis. Keadaan diatas kadangkala disebut juga Sindroma Respon
Inflamasi Sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome = SIRS)
yaitu suatu respon inflamasi sistemik yang bervariasi bentuk kliniknya,
ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan sebagai berikut :
a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3
Komplikasi
Pendarahan (individu dengan penyakit hati pasien yang menrima terapi
antikoagulan, pasien yang minum aspirindosis tinggi: cek lab dan kerja
sama dengan dokter spesialis
penanganan : menghindari pembuluh darah, mengetahui anatomi
regio resiko tinggi: palatum, a. Palatina mayor, vestikulum bukal M
bawah, a.fasialis, regio mandibula anterior, vaskularisasi melimpah
tekanan dan klem: penanganan awal perdarahan arteri adalah dengan
penekanan langsung dengan jari kasa darah deras , diklem dengan mehostat
Fraktur: disebabkan oleh tekanan berlebihan dan tidak terkontrol
(fraktur ujung akar / foramen, fraktur minor / mayor procalupolaris
fraktur mandi bula)
Cedera jaringnan lunak
lecet : kesalahan teknik flap
luka besar bibir yang teranestasi tertekan handpiece: aplikas salip antibiotik / strtoid
empiseme sulokutan
Cidera saraf
ex: N linguasi paling sering cidera karena pencabutan m3 bawah yang implikasi
terapi: dekompresi, eksisi den anastomosis ulang
3.2.4 Perbedaan Eksodonsia Pada Gigi Sulung Dan Gigi Permanen
Pencabutan Gigi Susu
Pencabutan
gigi susu atas : Gigi susu bisa dicabut dengan menggunakan tang (#150
atau #151 (#150 S atau # 151 S). Gigi molar susu atas mempunyai akar
yang memancar,yang menyulitkan pencabutannya. Apabila masalah tersebut
ditambah dengan adanya resorpsi maka tekanan berlebihan sebaiknya
dihindari. Seperti pada pencabutan semua gigi atas, digunakan pinch
grasp dan telapak menghadap keatas.
Pencabutan gigi susu bawah :
Untuk pencabutan gigi molar susu, digunakan tang #151 dengan sling
grasp, seperti pada gigi molar atas, biasanya gigi ini mempunyai akar
resopsi yang divergen. Pertimbangan utama pada pencabutan gigi susu
adalah menghindari cedera pada gigi permanen yang sedang berkembang.
Misalnya tang #23 (crownHorn), bukan merupakan pilihan yang cocok untuk
molar bawah susu. Apabila diperkirakan akan terjadi cedera selama
pencabutan dengan tang, sebaiknya direncanakan pembedahan dan pemotongan
gigi susu. Resorpsi akar menimbulkan masalah dalam apakah akar ini
sudah keluar semuanya atau belum. Apabila ada keraguan, sebaiknya
dilakukan foto rontgen. Sedangkan apabila pengambilan fraktur akar
dianggap membahayakan gigi permanen penggantinya, pencabutan gigi
sebaiknya ditunda karena rasio manfaat / resiko tidak menguntungkan.
Meskipun
pencabutan gigi anterior susu biasanya amat mudah dilakukan dengan
teknik dasar pencabutan gigi. Gigi posterior susu terkadang lebih sulit
dicabut daripada gigi tetap penggantinya. Beberapa faktor berkombinasi
menyebabkan kesulitan ini. Mulut anak kecil dan akses terbatas serta
gigi premolar yang sedang terbentuk terletak dikitari akar gigi susu
sehingga dapat rusak bila gigi molar susu diatasnya dicabut. Gigi molar
susu tidak memiliki massa akar dan karies yang kadang meluas hingga ke
akar gigi membuatnya sulit untuk dipegang dengan tang. Resorpsi akar
gigi pada gigi geligi campuran tidak terjadi dalam pola yang teratur
dari apeks ke mahkota gigi. Sering bagian samping dari akar gigi
teresopsi dan secara tidak sengaja menahan fragmen akar gigi.
Teknik
pencabutan gigi susu pada dasarnya dalah sama seperti teknik yang
dipergunakan untuk mencabut gigi tetap. Yang amat penting adalah ketika
mengaplikasikan tang harus yakin bahwa bilah tang cukup kecil untuk
melewati membrane periodontal dan bahwa bilah benar diaplikasikan pada
akar gigi. Bila tang hanya ditempatkan pada sisi bukal dan lingual dari
gigi dan dipaksakan masuk kedalam jaringan benih gigi tetap pengganti
dapat menjadi rusak. Gerakan kearah lingual yang kuat biasanya
menyebabkan gigi muncul dari soketnya dan dapat dicabut dengan gerakan
kebukal dan rotasi kedepan. Lebih baik meninggalkan patahan fragmen akar
gigi susu yang kecil yang akan mengalami resopsi atau eksfoliasi
daripada merusak atau mengubah posisi benih gigi tetap pengganti dalam
upaya menenemukan lokasi dan mengambil fragmen akar gigi susu tadi.
Keputusan untuk mengambil akar gigi tersebut, jaringan lunak harus cukup
terbuka sehingga operator dapat melihat jelas hubungan benih gigi tetaP
pengganti dan memmungkinkan operator mengeluarkan fragmen akar gigi
tadi dengan melihat langsung.
Sewaktu mengaplikasikan bilah tang pada
akar yang mengalami karies didaerah gusi harus disadaribahwa gusi
cenderung untuk tumbuh masuk ke dalam gigi tersebut, sehingga bagian
tepi akar gigi tersebut sebaiknya benar-benar terlihat. Akar gigi susu
yang tidak dpat dipegang dengan tang, harus digoyangkan kedalam kearah
gigi tetap yang sedang bertumbuh menggunakan elevator Warwick James,
dengan memakai dinding soket sebagai tumpuan. Akar gigi susu yang
dicabut harus diperiksa untuk memeriksa bahwa pencabutan telah sempurna.
Permukaan gigi yang patah terasa rata dan mengkilap dengan tepi yang
tajam, akar yang mengalami resopsi biasanya kasar dengan tepi tidak
berbentuk tidak teratur.
Pencabutan Gigi Permanen
Pencabutan gigi geligi atas
Insisivus
pertama memiliki akar gigi yang konus dan dapat dilakukan pencabutan
hanya dengan gerakan rotasi saja. Insisivus kedua memiliki akar gigi
yang yang lebih ramping dan sering datar pada permukaan distal dan
mesial. Pilihlah bilah tang yang lebih kecil dan bilah tang harus
benar-benar masuk ke dalam akar gigi sebelum memberikan tekanan pada
gigi.
Kaninus memiliki akar gigi yang panjang dan kuat dengan
potongan melintang yang berbentuk segitiga. Beberapa tang kaninus
memiliki bilah tang yang terlalu lebar untuk membentuk ’ kontak dua
titik’, jika diaplikasikan dengan benar pada akar gigi.
Premolar
pertama atas memiliki dua akar gigi yang kecil, yang melengkung atau
divergen dan fraktur dapat terjadi selama pencabutan.
Pada mulut
dengan gigi yang berjejal, gigi premolar kedua atas sering keluar dari
lengkung gigi. Pada beberapa kasus gigi tersebut dipegang dalam arah
mesiodistal dengan tang yang dipegang menyilang lengkung gigi dan
pencabutan dilakukan, berarti pencabutan gigi ini harus dengan
pembedahan.
Akar gigi molar pertama atas tetap dapat menyebar
sehingga bila tang molar dipergunakan, haruslah hati-hati untuk
memastikan bahwa bilah tangbenar-benar masuk kemembran periodontal
sehingga dapat memegang masa akar gigi. Pada beberapa kasus,
diindikasikan pencabutan transalveolar dengan pemecahan akar gigi.
Posisi
sumbu panjang akar gigi molar ketiga atas adalah sedemikian rupa
sehingga mahkota gigi terletak lebih posterior daripada akar giginya.
Ini mempersulit aplikasi tang.dan bila mulut pasien membuka terlalu
lebar, prosesus koronoid dapat mengganggu masuknya tang dan menambah
kesulitan. Namun, bila pasien menutup separuh mulut dan tang bayonet
atau tang premolardigunakan, biasanya gigi dapat dipegang dengan benar,
dan dengan tekanan kearah bukal sudah dapat mengeluarkannya. Gerakan
kearah bukal ini dapat dilakukan apabila pasien menggerakan mandibulanya
kesisi pencabutan, sehingga menggerakan procesus koronoid keluar dari
daerah operasi. Pada banyak kasus, akar gigi ini memiliki bentuk konus
yang sederhana , tapi terkadang bentuk akar menjadi lebih rumit
sehingga menghambat pencabutan dengan tang dan untuk kasus ini
diindikasikan pencabutan dengan pembedahan.
Pencabutan gigi geligi bawah
Gigi
insisivus bawah memiliki akar yang kecil dengan sisi yang rata.
Gigi-gigi ini dapat dengan mudah dicabut, tapi terkadang sangat rapuh.
Tang dengan bilah kecil harus digunakan. Pencabutan dari keenam gigi
anterior bawah, dapat juga dibantu dengan menggoyangkannya menggunakan
elevator atau bein lurus.
Akar gigi dari kaninus bawah lebih panjang
dan lebih besar daripada gigi sebelahnya. Apeksnya terkadangmiring
kedistal. Tang dengan bilah yang lebih besar harus digunakan dan
diaplikasikan dengan cermat pada gigi.
Gigi premolar bawah memiliki
akar berbentuk mengecil kebawah dan apeksnyadapat miring kedistal. Akar
gigi premolar bawah akarnya sering tertanam pada tulang yang padat dan
apabila fraktur selama pencabutan gigi biasanya dilakukan pembedahan
untuk mengeluarkannya. Tang dengan bilah kecil dengan menghasilkan ‘
kontak 2 titik’ pada akar, harus diaplikasikan dengan hati-hati. Gerakan
pertama harus kuat tapi perlahan, dan hanya untuk pencabutan gigi
premolar kedua saja, gerakan pertama yang harus dilakukan adalah rotasi.
Bila terasa ada tahanan pada rotasi. Bila terasa ada tahanan
pada’rotasi pertama’ jangan dipaksakan dan cobalah gerakan yang lebih
klasik yaitu gerakan kelateral. Bila pencabutan drngan gerakan rotasi
tetap diteruskan, fraktur akar berbentuk spiral dapat terjadi dan
meninggalkan patahan akar gigi yang sulit dikeluarkan.
Gigi molar
bawah paling bagus dicabut dengan tang molar, tapi banyak operator tidak
menggunakan tang ini karena mereka ,erasa lebih sulit memasukkan bilah
tang membrane periodontal tidak dilakukan dengan hati-hati, mahkota gigi
dapat hancur akibat terjepit oleh tang. Pada pencabutan gigi dengan
karies gigi yang amat besar, banyak dokter gigi lebih suka
mengaplikasikan tang pada akar gigi daripada bagian mahkota gigi yang
lebih sehat. Gigi ini sering digoyangkan dengan tekanan kearah
bukolingual dan paling baik dicabut dengan tambahan gerak rotasi.
Pencabutan gigi molar kedua dan ketiga bawah, terkadang dapat dibantu
dengan aplikasi elevator pada sebelah mesial sebelum aplikasi tang.
Teknik ini seharusnya tidak dilakukan selama pencabutan dengan tang gigi
molar pertama tetap bawah karena dengan pola akar berbeda premolar
kedua, perlekatan gigi premolar kedua dapat rusak akibat tekanan yang
disalurkan melalui septum interdental. Bentuk akar dari gigi molar
ketiga bawahtetap amat bervariasi sehingga harus dibuat pemotretan
radiografi sebelum pencabutan gigi, meskipun gigi tersebut erupsi penuh.
Dalam banyak kasus, gigi ini lebih baik dibedah dari perlekatannya.
3.2.5 Perbedaan Tindakan Eksodonsi pada Mandibula dan Maksila serta Regio-regionya
Pengaturan Umum
Posisi
Operator. Untuk mencabut semua gigi kecuali gigi molar kanan bawah,
premolar dan kaninus, operator berdiri pada samping tangan pasien,
seperti gambar A. Untuk pencabutan gigi kanan bawah dengan metode
intra-alveolar, operator harus di belakang pasien seperti gambar C.
Terkadang operator harus berdiri lebih tinggi dengan menginjak suatu
kursi kecil supaya memperoleh posisi kerja optimal.
Tinggi
Kursi Pasien. Ini adalah pertimbangan penting yang terkadang diabaikan.
Bila daerah pencabutan terlalu tinggi atau terlalu rendah bagi operator,
berarti operator bekerja pada keadaan mekanis yang tidak menguntungkan
dan dalam posisi yang melelahkan serta tidak nyaman.
Bila hendak
dilakukan pencabutan gigi atas, kursi pasien harus disesuaikan sehingga
daerah kerja lebih kurang 8 cm di bawah bahu operator (gambar A). Selama
pencabutan gigi bawah, tinggi kursi pasien harus diatur sehingga gigi
yang akan dicabut lebih kurang 16 cm di bawah siku operator (gambar B).
Bila operator berdiri di belakang pasien (gambar C), kursi pasien harus
direndahkan secukupnya agar dokter gigi dapat melihat jelas daerah kerja
dan memperoleh posisi kerja yang nyaman. Hal ini dapat diperoleh bila
dokter gigi menggunakan kotak pijakan khususnya untuk pasien yang
tinggi.
Lampu. Walaupun agak berlebihan untuk mnegatakan bahwa
pencahayaan yang baik pada daerah kerja adalah mutlak untuk keberhasilan
pencabutan gigi, kegagalan memperoleh penerangan yang cukup pada daerah
kerja adalah kesalahan yang biasa terjadi, dan merupakan alasan utama
kegagalan sejumlah pencabutan gigi.
Dokter gigi harus mencoba untuk
melakukan pekerjaan dalam suasana yang tenang, efisien, tidak
terburu-buru, dan sesuai dengan metode. Ini, bersamaan dengan dorongan
yang simpatik, akan banyak berpengaruh dalam memperoleh kerjasama dan
kepercayaan dari pasien. Operator harus mencegah timbulnya kekhawatiran
dari pihak pasien dengan hanya menunjukkan instrumen bila tidak lagi
dapat disembunyikan. Ia harus berpijak stabil selama prosedur perawatan
dan harus yakin bahwa sepatu maupun lantai yang dipijaknya tidak
mengganggu keseimbangan tubuh.
Pencabutan dengan Tang
Pencabutan Gigi Geligi Atas
Insisivus pertama memiliki akar gigi yang konus dan dapat dilakukan pencabutan hanya dengan gerakan rotasi saja.
Insisivus
kedua memiliki akar gigi yang lebih ramping dan sering datar pada
permukaan distal dan mesial. Pilihlah bilah tang yang lebih kecil dan
bilah tang harus benar-benar masuk ke dalam akar gigi sebelum memberikan
tekanan pada gigi.
Kaninus memiliki akar gigi yang panjang dan kuat
dengan potongan melintang berbentuk segitiga. Beberapa tang kaninus
memiliki bilah yang terlalu lebar untuk membentuk ‘kontak dua titik’,
jika diaplikasijan dengan benar pada akar gigi. Pada banyak kasus, gigi
ini lebih baik dibelah. Bila pencabutan multipel dilakukan, kemungkinan
patahnya pelat tulang alveolar sebelah labial sewaktu mencabut gigi
kaninus dapat dikurangi dengan mencabut gigi ini sebelum pencabutan gigi
insisivus kedua dan gigi premolar pertama akan melemahkan pelat tulang
alveolar sebelah labial.
Premolar pertama atas memiliki dua akar yang
kecil, yang melengkung atau divergen, dan fraktur dapat terjadi selama
pencabutan. Pada beberapa kasus, sumbu panjang gigi semakin ke atas
semakin miring ke medial, apeksnya lebih dekat dengan gigi kaninus
daripada apeks gigi premolar kedua. Inklinasi gigi perlu diperhatikan
dan berhati-hatilah ketika menempatkan bilah tang yang kecil sepanjang
sumbu panjang gigi.
Sering dianjurkan agar gigi ini ditarik, tapi
pada praktiknya gerakan ke lateral sering diperlukan untuk mengeluarkan
gigi dengan akar pipih yang divergen. Bila lebih dominan dilakukan
gerakan lateral dalam arah ke bukal dan terjadi fraktur akar gigi, akar
palatal biasanya dapat dikeluarkan semuanya, meninggalkan akar bukal
yang lebih mudah untuk dikeluarkan dengan pembedahan. Bila gigi telah
nekrosis atau memiliki restorasi yang besar, atau bila pasien mempunyai
riwayat kesulitan dalam pencabutan gigi, teknik transalveolar merupakan
indikasi. Bila molar pertama atas tetap telah hilang, gigi premolar atas
dapat miring ke distal dan rotasi pada akar palatalnya. Rotasi ini, dan
juga kemiringan, harus dipertimbangkan dengan cermat bila
mengaplikasikan bilah tang pada gigi.
Gigi premolar kedua sering
keluar dari lengkung rahang pada mulut dengan gigi yang berjejal. Pada
beberapa kasus gigi tersebut dapat dipegang dalam arah mesiodistal
dengan tang yang dipegang menyilang lengkung gigi, dan pencabutan gigi
ini harus dengan pembedahan.
Akar gigi molar pertama atas tetap dapat
menyebar sehingga bila tang molar dipergunakan, haruslah hati-hati
untuk memastikan bahwa bilah tang benar-benar masuk ke membran
periodontal sehingga dapat memegang massa akar gigi. Pada beberapa
kasus, diindikasikan pencabutan transalveola dengan pemecahan akar gigi.
Bila
gigi molar pertama telah hilang, dan gigi molar atas lainnya migrasi,
gigi tersebut cenderung rotasi pada akar palatal dan miring ke mesial.
Atau pada beberapa kasus, posisi massa akar molar kedua atas oblik
terhadap mahkota gigi, sehingga disebut ‘akar molar oblik’. Pada kedua
keadaan tersebut, dapat massa akar sulit atau tidak mungkin dipegang
dengan tang molar; maka tang premolar atas harus digunakan, dengan bilah
bukal ditempatkan hati-hati pada akar mesiobukal atau distobukal,
tetapi jangan di antaranya.
Posisi sumbu panjang akar gigi molar
ketiga atas adalah sedemikian rupa sehingga mahkota gigi terletak lebih
posterior daripada akar giginya. Ini mempersulit aplikasi tang, dan bila
mulut pasien membuka terlalu melebar, prosesus koronoid dapat
mengganggu masuknya tang dan menambah kesulitan. Namun, bila pasien
menutup separuh mulut dan tang bayonet atau tang premolar digunakan,
biasanya gigi dapat dipegang dengan benar, dan dengan tekanan ke arah
bukal sudah dapat mengeluarkannya. Gerakan ke arah bukal ini dapat
dilakukan bila pasien menggerakkan mandibulanya ke sisi pencabutan,
sehingga menggerakkan prosesus koronoid keluar dari daerah operasi. Pada
banyak kasus, akar gigi ini memiliki konus yang sederhana, tapi
terkadang bentuk akar menjadi lebih rumit, sehingga menghambat
pencabutan dengan tang, dan untuk kasus ini diindikasikan pencabutan
dengan pembedahan.
Jangan mencoba mengaplikasikan tang pada gigi
molar ketiga atas yang erupsi sebagian atau pada akar gigi posterior
atas kecuali bila kedua permukaan bukal dan lingual terlihat jelas. Bila
tekanan diaplikasikan ke arah atas, gigi atau akar gigi dapat masuk ke
dalam sinus maksilaris.
Pencabutan Gigi Geligi Bawah
Gigi
insisivus bawah memiliki akar yang kecil dengan sisi yang rata.
Gigi-gigi ini dapat dengan mudah dicabut, tapi terkadang sangat rapuh.
Tang dengan bilah kecil harus digunakan.
Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, dapat juga dibantu dengan menggoyangkannya menggunakan elevator/bein lurus.
Akar
dari kaninus bawah lebih panjang dab lebih besar daripada gigi
sebelahnya. Apeksnya terkadang miring ke distal. Tang dengan bilah yang
lebih besar harus digunakan dan diaplikasikan dengan cermat pada gigi.
Gigi
premolar bawah memiliki akar berbentuk mengecil ke bawah dan apeksnya
dapat miring ke distal. Akar gigi premolar bawah sering tertanam dalam
tulang yang padat dan bila fraktur selama pencabutan gigi biasanya
diperlukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Tang dengan bilah kecil
yang menghasilkan ‘kontak dua titik’ pada akar, harus diaplikasikan
dengan hati-hati. Gerakan pertama harus kuat tapi perlahan, dan hanya
untuk pencabutan gigi premolar kedua saja, gerakan pertama adalah
rotasi. Bila terasa tekanan pada rotasi pertama , jangan dipaksakan dan
cobalah gerakan yang lebih klasik, yaitu gerakan ke lateral. Bila usaha
pencabutan dengan gerakan rotasi tetap diteruskan, fraktur akar
berbentuk spiral dapat terjadi, dan meninggalkan patahan akar gigi yang
sulit dikeluarkan.
Gigi molar bawah paling baik dicabut dengan
menggunakan tang molar, tatapi banyak operator tidak menggunakan tang
ini karena mereka lebih sulit memasukkan bilah tang yang lebih lebar ke
dalam membran periodontal. Jika penekanan bilah tang ke dalam membran
periodontal tidak dilakukan dengan hati-hati, mahkota gigi dapat hancur
akibat terjepit oleh tang. Pada pencabutan gigi dengan karies yang amat
besar, banyak dokter gigi lebih suka mengaplikasikan tang pada aka gigi
daripada bagian mahkota gigi yang lebih sehat. Gigi ini sering
digoyangkan dengan tekanan ke arah bukolingal dan paling baik dicabut
dengan tambahan gerak rotasi. Pencabutan gigi molar kedua dan ketiga
bawah terkadang dapat dibantu dengan aplikasi elevator pada sebelah
mesial sebelum aplikasi tang. Teknik ini seharusnya tidak dilakukan
selama pencabutan gigi molar pertama bawah tetap karena dengan pola akar
yang berbeda dengan gigi premolar kedua, perlekatan gigi premolar kedua
dapat rusak akibat tekanan yang disalurkan melalui septum interdental.
Bentuk akar dari gigi molar ketiga bawah tetap amat bervariasi sehingga
harus dibuat pemotretan radiografi sebelum pencabutan gigi, meskipun
gigi tersebut erupsi penuh. Dalam banyak kasus, gigi ini lebih baik
dibedah dari perlekatannya.
3.2.6 Penatalaksanaan Bedah
Diagnosis dan Rencana Perawatan
Anamnesis
untuk memperoleh riwayat secara lengkap dan pemeriksaan klinis yang
didukung oleh metode pemeriksaan tertentu bila perlu, memungkinkan
diduganya kesulitan yang bakal terjadi, dan komplikasi serta menetapkan
pilihan teknik pencabutan yang tepat.
Keputusan yang perlu diambil sehubungan dengan pembedahan
Pasien rawat jalan atau rawat inap, ditentukan oleh
Kondisi pasien
Kemungkinan lamanya operasi
Indikasi jenis anastesi
Apakah perlu kesiapan khusus?
–instruksi kepada pasien
- apakah perlu pemberian pramedikasi?
- apakah perlu pemberian nantibotik terlebih dahulu ?
- apakah dipetlukan bentukk perawatan medis yang lain (seperti antikonvulsi, insulin, antikoagulan atau terapi steroid?
Pada saat operasi
Yakin bahwa semua instrument yang mungkin diperlukan sudah tersedia dan
sudah steril (dengan cara memikirkan tiap tahap prosedur dan mencatat
daftar intrumen yang diperlukan untuk melakukan tahap prosedur tadi)
Letakkan instrument dalam urutan seperti biasa pada baki steril atau
pada trolley yang telah didesinfeksi kering dengan bagian atasnya
ditutup dengan lap steril.
Bila instrument yang dipergunakan mempunyai satu ujung, hanya tangkai instrument ygang boleh disentuh.
Setelah digunakan, instrument harus dikembalikan ke tempat semula pada
baki atau trolley. Bahan-bahan yang kotor harus ditempatkan pada tempat
yang terpisah.
Keperluan lain, penerangan yang cukup, asisten yang
terampil, gambaran radiografis daerah operasi, anastesi yg efektif, dan
rencana operasi yang disusun untuk mengatasi kesulitan dan menghindari
komplikasi.
Pasca operasi
Resepkan analgesic seperlunya
Memberikan instruksi yang jelas sehubungan dengan
Kebersihan mulut,termasuk penggunaan kumur-kumur larutan saline hangat
Perdarahan, rasa sakit setelah dioperasi dan pembengkakan pasca operasi
Indikasi untuk perawatan darurat serta hal-hal yang perlu dilakukan
Buat janji untuk kanjungan berikutnya.
diambil dari :
http://mydentistdiary.blogspot.com/2011/01/eksodonsia.html